Telaga Ngebel
Pohon-pohon agung berdiri seperti penjaga yang setia.
Ficus benjamina, beringin dengan akar gantung yang menjuntai, melukiskan garis waktu yang tak berujung.
Batang-batangnya kokoh, bercabang lebat, merangkul tanah dan udara dalam pelukan abadi.
Tak jauh, Pinus merkusii, pinus sumatera yang menjulang tinggi, menjahit kanopi hijau di langit, menyaring sinar matahari menjadi lembut dan sejuk.
Pohon mahoni, Swietenia macrophylla, hadir sebagai simbol ketenangan, daun-daunnya menyerap angin, menyapa pengunjung di tepian telaga.
Pohon-pohon ini adalah penyair tanpa kata-kata, puisi alam yang sesungguhnya.
Akar mereka menahan tanah dari terkikisnya harapan oleh hujan.
Kanopi memeluk embun pagi, menjaga kelembapan yang meresapi udara.
Dan … setiap helaian daun, dari beringin, pinus, hingga mahoni, adalah paru-paru yang membersihkan napas bumi.
Mereka pelindung ekosistem yang hidup di bawah naungannya—burung-burung kecil bernyanyi, serangga menari di antara batang, dan reptil merayap pada akar-akar.
Telaga Ngebel terhampar tenang seperti cermin yang memantulkan langit dan bukit sekitarnya.
Permukaannya adalah kanvas biru kehijauan yang dilukis oleh bayangan pepohonan dan angin yang meliuk.
Airnya adalah sumber kehidupan, mengalirkan kesejukan bagi mahluk sekitar.
Di kejauhan, perahu-perahu kecil melintasi telaga dengan gerakan lambat.
Di tepiannya, kehidupan manusia berpadu dengan harmoni alam.
Rumah-rumah sederhana berdiri di sela-sela pepohonan, dengan dinding bambu atau kayu yang menyatu dengan lanskap.
Kafe-kafe kecil hadir dengan sentuhan lokal, menyajikan kopi robusta dan teh herbal dari kebun di kaki bukit.
Riuh pengunjung, penunggang kuda, penjaja camilan melebur dalam denyut keramaian di tepian telaga.
Penginapan-penginapan kecil tersedia. Beberapa berdiri di tepian air, menyajikan pemandangan matahari terbit yang memantul di telaga.
Lainnya tersembunyi di balik lebatnya pohon Albizia saman, yang rimbunnya menjadi atap alami bagi para tamu.
Di bawah naungan Wilis, alam berbisik tentang keabadian, tentang ketenangan yang lahir dari keseimbangan, dan tentang cinta yang terjaga antara manusia dan bumi.
Telaga Ngebel adalah tempat di mana setiap nafas menjadi puisi. []
Tabik,