Baru-baru ini, saya menonton salah satu serial Netflix berjudul Elite, sebuah drama asal Spanyol yang menggambarkan kehidupan siswa-siswa di sekolah menengah eksklusif, Las Encinas.
Serial ini tidak hanya menampilkan kehidupan remaja yang mewah, tetapi juga menggali konflik-konflik kompleks yang melibatkan cinta, persahabatan, keluarga, dan bahkan kejahatan.
Salah satu yang menarik perhatian awal saya dari serial ini adalah kisah tiga siswa baru yang diterima di Las Encinas melalui beasiswa, yaitu Samuel, Nadia, dan Christian.
Di antara mereka, tokoh Nadia menonjol sebagai seorang Muslim asal Palestina yang berjuang untuk menyesuaikan diri di lingkungan yang berbeda secara budaya dan nilai-nilai.
Nadia adalah gadis cerdas, ambisius, dan berprinsip. Sebagai anak dari keluarga Palestina yang konservatif, ia sering menghadapi konflik antara nilai-nilai tradisional keluarganya dan tekanan sosial di sekolah barunya.
Salah satu momen paling signifikan dalam kisah Nadia adalah ketika pihak sekolah memintanya untuk melepas hijabnya agar dapat tetap bersekolah di Las Encinas.
Larangan tersebut tidak hanya menjadi tantangan besar bagi Nadia, tetapi juga mencerminkan bagaimana diskriminasi dan prasangka budaya masih ada di masyarakat modern.
Ia berusaha menyeimbangkan identitas budayanya dengan ambisi akademisnya, meskipun ini sering kali membuatnya berada di tengah-tengah konflik, baik dengan keluarganya maupun teman-temannya.
Perjalanan Nadia menjadi salah satu cerita yang paling berkesan, karena mengangkat isu keberagaman dan toleransi yang relevan di dunia nyata.
Meskipun karakter dalam Elite adalah siswa sekolah menengah, konflik yang dihadirkan jauh dari sederhana.
Serial ini menyentuh berbagai aspek kehidupan, mulai dari cinta dan persahabatan, hingga politik, bisnis, dan dinamika keluarga.
Persoalan moral sering kali muncul, seperti bagaimana para karakter menghadapi tekanan sosial, mengatasi pengkhianatan, dan menangani rahasia gelap yang dapat mengubah hidup mereka.
Kehidupan mereka diwarnai dengan keputusan-keputusan sulit, di mana batasan antara benar dan salah menjadi kabur.
Bagi mereka yang tertarik pada kajian psikologi, Elite menawarkan bahan yang sangat kaya.
Karakter-karakternya memiliki kepribadian yang kompleks, dengan trauma, ambisi, dan kelemahan masing-masing.
Penonton dapat melihat bagaimana tekanan sosial, rasa bersalah, atau bahkan pengkhianatan memengaruhi cara berpikir dan bertindak mereka.
Namun, sisi gelap dari serial ini juga perlu diperhatikan, karena intensitas emosionalnya bisa cukup mengganggu.
Tema-tema seperti kekerasan, manipulasi, dan pengkhianatan dapat menjadi "teror mental" bagi penonton yang terlalu larut dalam cerita.
Secara keseluruhan, Elite adalah serial yang menarik bagi mereka yang mencari drama penuh konflik dan kompleksitas emosional.
Ceritanya tidak hanya menghibur, tetapi juga memprovokasi pemikiran tentang nilai-nilai, identitas, dan hubungan manusia.
Bagi saya, pengalaman menonton Elite tidak hanya memberikan hiburan, tetapi juga membuka wawasan tentang berbagai tantangan yang dihadapi orang-orang dalam situasi berbeda.
Serial ini berhasil menunjukkan bahwa di balik kemewahan dan status sosial, setiap orang memiliki perjuangan yang harus mereka hadapi.
Meskipun saya baru “mampu” menonton hingga session 3. Serial ini menarik untuk diikuti namun juga melelahkan karena kita dituntut harus ikut berpikir dengan teka teki yang disajikan.
Tabik,
Ahmad Fahrizal
Penikmat Film