Pak Rijanto adalah calon bupati, dan sekaligus mantan bupati.
Karirnya dimulai dari bawah, sebagai satpol PP, beberapa kali menjadi camat, kepala dinas, lalu wakil bupati dan kemudian bupati.
Rekam jejak dan pengalaman birokrasi tak terbantahkan lagi. Namun usia tak semuda dulu, sudah masuk angka 71 tahun ini.
Ketika namanya kembali mendapatkan rekomendasi parpol untuk maju bupati, tentu banyak yang terkejut.
Sederet nama terkenal lainnya tumbang, seperti nama Hengky Kurniawan atau Pak Kelik.
Kini ia menjadi old man yang kembali ke panggung, dengan kompetisi sengit melawan petahana yang berpasangan dengan anak muda berusia 32 tahun.
Dalam kunjungan ke kantor PDM beberapa waktu lalu, beliau mengenakan kemeja hitam, berpeci dan berbincang tanpa jarak.
Di usia sepuh dan rekam jejak panjang, hal apa yang tidak ia pahami terkait birokrasi?
Karena itu, tim tak perlu mengecek apa saja bahan pertanyaan yang hendak diajukan, dan debat tanpa teks pun akan dilakoninya tanpa pikir panjang.
Melihat profil, sosok Pak Rijanto tak diragukan jika kembali mejabat Bupati.
Namun kalkulasi politik tak sepenuhnya bisa dihitung dengan mudah, termasuk dengan siapa ia akan berpasangan.
Meski secara terbuka didukung oleh dai kondang, Gus Iqdam. Lawannya juga mendapat endorse dari mantan Presiden, dan mendaku lebih linier dari Pemerintah Pusat.
Namun usia tua juga menyimpan hikmahnya tersendiri: berkurangnya kepentingan duniawi dan orientasi untuk lebih berguna bagi masyarakat, apalagi lewat sebuah jabatan publik.
Tabik,
*catatan ini bukan sebuah endorse, namun jika dianggap begitu, ya terserah saja, saya tak bisa mengontrol persepsi orang atas tulisan ini,
Dan karena itulah sebuah tulisan tercipta.