Hal-hal yang Perlu Kita Syukuri Karena Lahir dari Keluarga Biasa




Driver ojol mengabarkan jika ia telah berada di depan hotel, saya pun lekas keluar dari lobi bangunan bergaya jepang tersebut.


Selain mengkonfirmasi tujuan, driver perempuan itu juga menginformasikan jika nanti harus mampir untuk menukar baterai motor.


"Sebentar aja kok kak, gak sampai 5 menit," jelasnya.


Ternyata itu adalah motor listrik yang baterainya bisa ditukar di minimarket "merah". Di Jakarta, motor dan mobil listrik sudah berseliweran.


Jalanan Jakarta jelang pukul 10.00 begitu padat, namun pengalaman mengemudi driver tak bisa diragukan, skill menyelipnya menunjukkan jam terbang.


Selama di Jakarta, saya bepergian via ojol/bike, terasa ekstrem perbedaannya ketika keluar dari gedung hotel, yang full dinaungi pendingin ruangan.


Namun ada banyak pemotor di jalanan, tumpah ruah, menyelam dalam suhu di atas 34 derajat (versi kota metropolitan), dan apakah mereka baik-baik saja?


Teman yang lain sedang menanti ojol/car, selain karena membawa koper besar, juga faktor kenyamanan, meski dengan resiko jalannya akan lamban, dan harus pandai menata schedule agar tak tertinggal kereta api atau pesawat.


Padahal, mau pesan bike or car, pada akhirnya juga akan di reimburse/diganti.


***


Lobby hotel ini begitu mewah dan kami akan menginap dua malam. Ini pertama kalinya menginap di hotel bintang 5.


Ya, sekilas tak jauh beda dengan hotel bintang 4 yang pernah saya singgahi, mungkin hanya perabotannya, dan desain kamarnya.


Kamar mandinya begitu berkelas, temboknya kuning menyala seperti emas, dan toiletnya canggih, tinggal pencet sana sini, termasuk buat cebok.


Ini hampir seperti toilet di hotel bergaya Jepang sebelumnya. Hanya beda model dan titik pencetnya.


Akhirnya rasa penasaran tentang hotel bintang 5 terjawab sudah, dan mungkin masih ada yang lebih mewah lagi dari ini.


Namun, ini sudah lebih dari cukup untuk memecahkan "rekor domestik" dari generasi keluarga, baru saya yang sudah berulang kali rebahan di kasur hotel-hotel tersebut dan mencicipi makanannya.


Semuanya dibayari, terlalu sukar merogoh kocek pribadi. Sejak tahun 2011, ketika pertama kali merasakan kamar hotel, hingga sekarang, ternyata sudah cukup banyak agenda atau kegiatan yang menginap di hotel.


Bukan lebay, mungkin bagi orang lain, ini sudah biasa, namun bagi "orang biasa" seperti saya, ini adalah suatu pengalaman tersendiri.


Mereka yang lahir dari keluarga kelas menengah ke atas mungkin biasa bepergian naik mobil mewah, kereta api luxury, atau pesawat eksekutif.


Mereka juga biasa menginap di hotel bintang 4 dan 5, seringan menggesek kartu kredit atau scan QRIS.


Namun bagi kaum sejenis saya, ini previlese, suatu keberuntungan, dan hal yang layak dijadikan momentum.


Tak sekadar bisa menginap di hotel-hotel mewah itu, namun juga terlibat dalam project yang sedang dibahas di dalam meeting atau perjalanan dinas tersebut.


Suatu yang patut disyukuri karena lahir dari keluarga biasa, ketika masih banyak kesan-kesan baru yang bisa dipetik, meskipun bagi sebagian orang sudah teramat biasa.


Suatu yang menyenangkan karena lahir dari keluarga biasa, ketika banyak momentum masih terbuka untuk menjadi "kejutan", meski bagi sebagian yang lain hanya sekadar pengulangan.


Waktu kecil saya sering merenung: mungkin enak ya lahir di keluarga kaya, atau orang tua yang punya jabatan, hidupnya lebih terfasilitasi.


Seiring perjalanan waktu, perspektif itu berubah, enak jadi orang biasa, karena ada banyak lembaran hidup yang masih kosong dan bisa kita isi sendiri.


Bayangkan jika lembaran kosong itu sudah tertulis beragam ekspektasi, karena kita terlahir dari orang-orang terpandang yang setiap langkah kita selalu dipandang, dibandingkan, atau diekspektasikan.


Bagi saya yang terbiasa naik motor untuk beraktivitas, tak jauh beda dengan naik ojol bike, atau berdesakan di dalam KRL. 


Tidur di kasur busa atau karpet tipis berlantai beton, terbelai pendingin ruangan atau terpanggang di bawah atap gavalum. []


Ahmad Fahrizal Aziz

Blogger dan Aktivis Literasi

Posting Komentar

Tinggalkan komentar di sini, terima kasih sudah mampir.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak