Caleg dan Capres yang Akan Saya Pilih Pada Pemilu 2024

Surat suara. Dok/Harian Jogja



Setelah masa kampanye berakhir, komunikasi dan lobi telah terjadi dengan segala dinamikanya, maka saya pun sebagai satu dari sekian ratus juta pemilih harus menentukan pilihan, dengan dasar:


Pertama, sebagai warga negara yang terdaftar dan telah mendapat formulir C6/undangan memilih dari KPU, dan punya (hanya) satu hak suara yang harus ditunaikan.


Kedua, sebagai warga bangsa yang punya pandangan, ide, gagasan, terkait realitas di masyarakat.


Ketiga, sebagai aktivis dan kader suatu ormas yang mendapatkan beragam opsi/rekomendasi caleg yang akan dipilih.


Maka publikasi ini bertujuan untuk memberikan penghargaan bagi kerja-kerja panitia penyelenggara dan kandidat yang telah bertempur habis-habisan.


Pilihan di bawah ini adalah kombinasi dari pandangan pribadi dan anjuran organisasi.


Apalah artinya satu suara jika kekeh pada pendirian sendiri, namun mungkin akan lebih berarti jika satu suara tersebut adalah resonansi dari suara-suara lain dalam entitas atau kelompok yang kita berada di dalamnya.


Sehingga, ketika caleg tersebut berhasil meraih jabatan yang diperjuangkan, maka proses distribusi program nantinya secara kolektif bisa ditagih melalui satu wadah organisasi yang telah ikut mengusungnya.


Tidak ada lagi rahasia, dan sepertinya banyak manusia Indonesia juga secara terbuka menunjukkan dukungannya bahkan ikut berkampanye pada calon yang ia dukung.


Bismillah, berikut caleg yang akan saya pilih di bilik suara 14 Februari 2024 besok:


Caleg DPRD Kabupaten Blitar, dapil I (sesuai lokasi TPS tempat memilih). Irman Kusnadi, M.Pd dari PBB sebagai sesama aktivis Pemuda Muhammadiyah.


Caleg DPRD Provinsi Jawa Timur dapil VII, Ir. HM. Heri Romadhon, MM dari PAN atas anjuran organisasi.


Caleg DPR RI, Dapil Jatim VI, Dr. Ir. H. Ahmad Rizky Sadig, M.Si dari PAN atas anjuran organisasi.


Caleg DPD RI Dapil Jatim, Ir. H. Agus Rahardjo. Mantan ketua KPK, yang dari semua calon rekam jejak dan kiprah beliau lebih mudah dilihat.


***

Foto dok/Jheremy Owen


Ini hanya pilihan yang bersifat personal dan tidak untuk mengajak siapapun. Pembaca mungkin ada yang tidak sepakat, namun preferensi politik ini bukan untuk didiskusikan.


Masing-masing punya pilihan sendiri dengan beragam alasannya. Lalu siapa Paslon capres dan cawapres yang akan saya pilih?


Memilih capres cawapres tentu lebih mudah karena hanya 3 pasang calon, namun semakin sedikit pilihan ternyata dialektikanya semakin sengit dan memanas.


Sebelumnya, ijinkan saya memberi pandangan dulu terkait Presiden dan Wakil Presiden dalam sistem demokrasi di Indonesia.


Bahwa jabatan Presiden dan Wapres lebih sebagai pelaksana konstitusi, tidak sakral seperti sistem monarki atau teokrasi.


Presiden dipilih oleh rakyat lewat kriteria-kriteria, debat kandidat untuk mengetahui isi kepala. Bukan karena "wahyu ilahiah" atau penerus sang raja yang telah mendapatkan mandat.


Presiden dan Wapres adalah pekerja negara yang dikontrak 5 tahunan dengan mekanisme terbuka.


Apalagi di negara Republik seperti Indonesia, ketika ada pembagian urusan negara dan agama (sekuler) dan demokrasi multipartai yang cenderung ke arah politik liberal.


Dasar memilih hanya pada siapakah yang mau menjalankan konstitusi sebaik-baiknya, tidak punya rekam jejak menyalahi konstitusi, atau tidak menyelesaikan jabatan (tidak amanah) demi jabatan yang lebih tinggi.


Selain itu, bahwa konsep negara kita saat ini memakai Trias Politica dari ide Baron de La Brède et de Montesquieu, yang mana Montesquieu sendiri setuju dengan gagasan Plato bahwa pemimpin terbaik adalah kelompok aristrokat: kelompok terdidik, berkualitas dan filsuf.


Dari penjelasan di atas tentu sudah bisa ditebak siapakah capres tersebut.


Tabik,

Ahmad Fahrizal Aziz

Ahmad Fahrizal Aziz

Blogger, Aktivis Literasi, suka jalan-jalan dan nongkrong

Posting Komentar

Tinggalkan komentar di sini, terima kasih sudah mampir.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak