Kebiasaan menjelang tidur malamku akhir-akhir ini adalah menonton YouTube sambil rebahan dengan posisi miring ke kanan.
Apalagi selama bulan Maret kemaren, maraton keliling Kabupaten Blitar dari pagi hingga malam, saat masuk Ramadan agenda juga super padat terutama 15 hari pertama.
Saat rebahan, beberapa kali aku ketiduran, terbangun lagi sejam atau dua jam berikutnya karena kedinginan atau ingat pintu-pintu rumah belum dikunci.
Lalu balik lagi tidur dan ... rasanya nikmat sekali.
Dalam kondisi tubuh yang lelah, ketiduran itu begitu nikmat, pules, dan saat bangun terasa segar.
###
Namun pernah selama hampir seminggu, aku tak bisa tidur. Sepertinya itu awal pandemi.
Tubuh sakit semua, bahkan nyaris ambruk saat berjalan ke kamar mandi. Ada apa ya?
Aktivitas kala itu ya cuma ngezoom, makan, tidur, sesekali olahraga ringan dan menyiram tanaman.
Tiap malam, ritual tidur dipersiapkan: ponsel dimatikan, disimpan di laci. Tubuh telentang, berselimut, mata terpenjam sambil menghitung kucing. Satu kucing… dua kucing… tiga kucing … seratus kucing ...dan belum juga tertidur.
Pengen tidur tapi gak bisa tidur, padahal badan capek semua, gak enak lah pokoknya.
Ngambil HP lagi buat nonton drama korea, khatam satu serial menjelang subuh. Ajaib banget, kan?
Jadi, jika ada yang bertanya bagaimana cara tidur berkualitas? Jawabnya ya … ketiduran.
###
Bisa tidur dengan nyenyak adalah nikmat yang tak terkira. Sebab berapa banyak orang yang hidupnya kacau dan berantakan karena tak bisa tidur.
Mereka yang punya uang rela terapi sana sini untuk mengatasi insomnia.
Sebagian lagi harus menyerah pada obat tidur, daripada besoknya mengganggu pekerjaan.
Makanya aku kagum dengan mereka yang mudah tidur, misalnya pekerja asongan yang nyender di tiang stasiun saja bisa pules sampai ngorok-ngorok.
Pernah juga melihat tukang becak tertidur di becaknya, padahal di pinggir jalan raya dengan tingginya tingkat kebisingan kendaraan.
Nikmat banget ya bisa tidur semudah itu. Batinku.
###
Tidur itu penting, secara biologis tidur adalah proses pemulihan bagi tubuh agar stabil.
Tubuh yang stabil mendukung pada produktifitas kerja dan hidup yang berkualitas, karena badan lebih fit dan sehat.
Jika lebih dari 24 jam tidak tidur, tubuh mulai goyah, mikir pun jadi sulit, jika tak kuat bisa pingsan. Pingsan pun masih mending jika itu menjadi "tidur alaminya",
Meskipun setelah pingsan kondisi tubuh biasanya juga tidak fit, bahkan ada yang harus beristirahat khusus.
Namun apa yang membuat orang sulit tidur? Terlalu banyak distraksi yang terjadi pada diri kita belakangan ini, terutama karena lengketnya kita pada dunia maya.
Mereka yang tak bisa tidur lebih dari 2x24 jam biasanya akan dirujuk ke psikiater. Ada obat yang diberikan, artinya ada persoalan mental, dan itu munculnya dari pikiran.
Barangkali kita pernah dalam kondisi badan capek namun sulit tidur, entah karena terbayangi banyak "pikiran" soal kuliah, pekerjaan, masalah keluarga, pacar, teman dan seterusnya.
Pikiran tak karuan yang seolah mengganjal mata kita untuk terpenjam.
Faktor lainnya mungkin soal gaya hidup, misalnya karena kebiasaan begadang dengan doping berupa kopi kental dan belasan putung rokok.
Faktor lainnya yaitu kurang olah fisik. Makanya problem insomnia banyak mendera pekerja di perkotaan yang lebih banyak duduk di depan monitor atau rapat dari satu tempat ke tempat lainnya dalam ruangan ber-AC.
Makanya banyak yang ikut fitness, bukan untuk membentuk badan agar atletis, namun untuk menata pikiran/mental dan tubuh agar bisa tidur nyenyak.
###
Jika saat ini anda termasuk yang bisa tidur dengan nyenyak, apalagi di bawah jam 10 malam. Bersyukurlah. Itu nikmat super mahal yang tak berupa uang, dan akan banyak uang habis jika nikmat tidur itu hilang.
Atau minimal, meski overtime until midnight, masih bisa tertidur nyenyak sekalipun bangun selepas subuh menjelang masuk waktu dhuha.
Percayalah. Tidur itu adalah satu dari sekian banyak nikmat hidup yang patut disyukuri. []
Blitar, 17 Mei 2022
Ahmad Fahrizal A.
Tags:
cerpri