Mobil Perpustakaan Keliling Dinas Perpustakaan dan Arsip Kab. Blitar sedang melayani siswa. dok/GPMB.
Kita tidak tahu apa yang ditemukan mereka (para bocil) ketika membuka buku, majalah dan bacaan cetak lainnya.
Bisa jadi, akan memberi perubahan berharga pada hidupnya kelak, kan?
###
Sederet tokoh bercerita jika perubahan hidupnya berawal dari membaca buku. Sebut saja yang belakangan sedang viral, Jusuf Hamka.
Ia bercerita bahwa motivasi hidupnya berawal dari sebuah toko buku yang membuatnya bisa mengakses bacaan-bacaan motivasi, sekalipun saat itu dia belum mampu membelinya.
Haedar Nashir, Ilmuan dan tokoh organisasi keagamaan juga kerap kali berpindah dari satu toko buku ke toko buku lainnya untuk mengakses bacaan.
Ia juga menceritakan rasa bahagianya berkunjung ke Perpustakaan disela aktivitas keseharian.
Pengusaha Blitar, Marmin Siswojo (Alm), juga menemukan passionnya sebagai peternak dan pengusaha ayam--hingga sukses besar--juga dari membaca Majalah berbahasa Jawa bernama Penyebar Semangat.
Membaca itu punya dampak yang dahsyat, terutama dampak jangka panjangnya. Tidak instan.
Dikira, setelah membaca, satu jam kemudian hidupnya langsung berubah, tentu tidak begitu konsepnya, bestie.
###
Membaca itu punya dampak jangka panjang, bahkan apa yang kita baca 20 tahun lalu, masih berefek hingga sekarang.
Misal, beberapa kali saya dapat cerita tentang komik Kho Ping Hoo yang legendaris itu. Bacaan sederhana yang memberi beragam persepsi kehidupan.
Atau misalnya, Chicken Soup for the Soul, cerita perjuangan hidup yang turut memberikan energi banyak orang untuk terus optimis menjalani hidupnya.
Belum lagi, anak-anak yang menemukan imajinasinya lewat novel atau lembar demi lembar ensiklopedia.
Pada masa mendatang, imajinasinya yang hidup itu turut menopang kesuksesannya sebagai arsitektur, sutradara, novelis, desainer, dan profesi seniman lainnya.
Kita tidak pernah tahu, apa yang terjadi dengan hidup kita selepas membaca buku hari ini.
###
Sayangnya, stigma pembaca buku itu sangat negatif; kutu buku. Suatu gelar yang tidak simpatik karena mengibaratkan dengan hewan parasit.
Belum lagi stigma introver, anti pergaulan dan cupu. Susah banget ya jadi penikmat buku di negeri ini?
Ada sebagian orang tua yang bahkan takut anaknya jadi "kutu buku", takut mata minus dan kecamatanya tebal, atau takut berpenyakitan karena kurang gerak dan kinestetiknya tak terlatih maksimal.
Padahal saat ini, melihat anak kecil membaca buku sangat langka. Mereka sudah mulai akrab dengan gawai atau ponsel pintar tapi lebih banyak mengakses aplikasi game.
Kedepan, menurut para ahli, akan ada percepatan penyakit regeneratif karena kurangnya aktivitas kinestetik di usia anak-anak.
Usia dibawah 40 tahun bahkan belasan tahun sudah terserang diabetes, asam urat, tremor, dan lain sebagainya.
Makin lama jumlah penderita miopia/mata minus juga makin banyak, bukan karena membaca buku, tapi lebih karena seringnya memelototi ponsel dan komputer untuk main game.
Selamat datang di era penuh kejutan, era serba cepat namun dengan ancaman penyakit yang terus menghantui.
###
Harusnya kita bersyukur ketika anak-anak masih suka membaca buku, majalah, tabloid, ensiklopedia dsj dalam versi cetak.
Apalagi jika mereka menemukan dunia mereka dari situ. Kata Stephen King, buku itu hiburan yang murah, tanpa listrik dan baterai.
Buku punya aroma yang khas, apalagi yang dicetak bookpaper dan artpaper.
Buku tak memicu radiasi, lebih awet, tak perlu pulsa dan internet, tak begantung pada sinyal seluler.
Perpustakaan sekolah perlu dihidupkan, menjadi tempat yang nyaman bagi anak, bukan hanya sekadar jadi slogan besar.
Perpustakaan desa dan daerah juga demikian, keberpihakan pada pengelolaan perpustakaan, termasuk kesejahteraan pustakawan juga perlu diperjuangkan.
Perpustakaan memang tak seperti minimarket yang menghasilkan uang dan memutar (cash flow) ekonomi harian.
Perpustakaan memproduksi masa depan, investasi perut ke atas, apa yang dibaca sekarang bisa saja menciptakan perubahan besar di masa mendatang.
Perpustakaan sebagai tempat mengakses informasi, pengetahuan, mengolah logika dan cara pandang.
Perpustakaan yang menyajikan bacaan versi cetak memang terkesan jadul dan ketinggalan zaman, namun tetap punya kelebihan serta nuansanya tersendiri. []
Blitar, 13 Mei 2022
Ahmad Fahrizal A.