Aktivis Remaja

RP3A (Relawan Pemuda Peduli Perempuan dan Anak) dalam event bersama BKKBN, 20 Desember 2021 di Perpustakaan Bung Karno.



Bertemu aktivis remaja di RP3A, membuat saya teringat masa-masa sekolah.

Ingatan yang begitu kuat dan membekas karena masa-masa sekolah, SMP dan SMA, menjadi sweet memories bagi banyak orang.

Di usia tersebut, banyak pengalaman baru saya jalani, tidak semuanya pengalaman menyenangkan, banyak juga pengalaman pahit dan traumatik.

Misalnya, saat ikut lomba pidato dan lupa isi teksnya, marah-marah bahkan sampai banting kursi saat kepanitiaan seminar di sekolah, dan banyak first time yang tak selalu enak jika diingat.

Usia yang jika down bisa over down, namun juga bisa bangkit lagi dengan motivasi-motivasi sederhana. Sekarang mungkin agak berbeda, karena lebih realistis.

Ngopi bareng persiapan acara Youth Camp, 2021

Pada masa remaja itu pula, saya bertemu dengan macam-macam orang, yang senioritasnya kuat, atau yang humble meski usia terpaut jauh.

Sosok-sosok yang humble dan tidak menunjukkan senioritasnya itulah yang saya ingat, yang benar-benar melihat keberadaan kita sebagai entitas penting meski masih bocil atau bocah cilik usia belasan tahun.

Maka ketika ditanya, kok mau bergumul dengan para remaja? Apa karena MRKB (masa remaja kurang bahagia)?

Tentu tidak, lebih sebagai refleksi ketika dulu remaja saya juga bertemu orang-orang humble yang bergaul secara egaliter (setara), tanpa memandang usia, posisi atau pengalaman hidup.

Lagipula, jika tolak ukurnya adalah usia, seusia mereka (anak-anak RP3A), saya justru belum bisa berbuat banyak hal.

Kegiatan menanam pohon di MI Al Maarif, Baitun Naim, Ngadri, Binangun.

Mereka telah menjadi narasumber di banyak kegiatan, menjadi fasilitator, lolos beragam event dan sudah pergi ke berbagai kota karena prestasi yang diukir.

Jauh sekali dengan zaman remaja saya dulu yang mentok hanya berkiprah di area Blitar dan sekitarnya. Kalaupun pernah keluar kota ya karena agenda rekreasi sekolah dengan rombongan bus.

Maka, saya memberi apresiasi tinggi pada kiprah-kiprah mereka, dan ingin jadi ingatan baik di masa remaja mereka.

Meskipun, tentu ada hal-hal yang kadang bikin kesal, tapi untungnya karena pernah remaja, bisa sedikit memahami. Misalnya, remaja biasanya mood swing, emosinya masih tinggi, pembagian waktunya agak keteteran karena harus menyesuaikan dengan statusnya sebagai pelajar.

Fasilitator kegiatan bersama kelompok masyarakat dan Aparatur desa di Kecamatan Selopuro.

Misalnya lagi, remaja itu masih suka maen, masih mencari-cari bentuk (meskipun banyak orang tua yang juga pada fase ini).

Meskipun jika kita renungi lagi, sudah terjadi pergeseran. Masa remaja dulu dengan masa remaja sekarang berbeda, cara melihatnya pun juga harus berbeda.

Anak remaja sekarang bisa jadi mengalami percepatan pengetahuan karena akses internet yang mudah, juga percepatan berpikir.

Usia remaja sudah menjadi aktivis, bergelut di masyarakat, aktif di banyak event, adalah nilai lebih. Bukan remaja biasa. []


Ahmad Fahrizal Aziz

Blogger, Aktivis Literasi, suka jalan-jalan dan nongkrong

Posting Komentar

Tinggalkan komentar di sini, terima kasih sudah mampir.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak