Berkeliling Kabupaten Blitar, dari Pantai Tersembunyi hingga Hutan Cengkeh

Awal Maret 2021, saya dan seorang teman berkeliling Kabupaten Blitar. 22 Kecamatan telah kami lalui.

Sebenarnya ini dalam rangka riset sejarah ke lebih dari 30 narasumber, namun kali ini bukan itu yang ingin saya tulis, lebih menyorot sisi historis dan geografis Kabupaten Blitar yang sangat memukau.


#1 - Talas Bentul

Rute pertama kami justru ke Kesamben, di daerah Kauman, ada sebuah Masjid tua bernama Masjid Al Ikhlas Imam Woeryan dengan bedug super besar.

Daerah bernama Kauman selalu punya cerita tentang awal mula dakwah Islam, termasuk di Kesamben ini, termasuk cerita tentang Eyang Jugo.

Artinya, Blitar punya historis yang kuat terkait perkembangan dakwah Islam di daerah-daerah, semacam kekayaan religius yang bisa digali lebih dalam.

Namun kali ini saya justru ingin berkenalan dengan salah satu tanaman jenis Talas, yang orang sekitar menyebutnya Bentul/Bentoel.

Mulanya saya tertarik dengan rimpang besar yang banyak dipajang sepanjang sentra oleh-oleh Brongkos, ternyata namanya Bentul. Konon rasanya enak, dan sudah diolah menjadi snack.

Bentul banyak ditanam di daerah Selorejo dan Kesamben bagian utara, itu terkonfirmasi saat saya bertemu Pak Mestamaji, salah seorang warga Dukuhsari, Ampelgading, Selorejo, yang juga seorang petani Bentul.

#2 -Pantai Keben

Rute berikutnya ke selatan, kami menuju Bakung dan Wonotirto. Sejak lama saya menyukai istilah Wonotirto yang berarti hutan air, meskipun kala kemarau daerah tersebut sering kekeringan.

Ada sebuah pantai tersembunyi dengan akses yang masih sulit, bahkan jalannya berbatu dan--karena semalam hujan--jadinya agak berlumpur.

Ada banyak pantai yang mungkin belum diberi nama dan beberapa yang sudah punya nama namun dengan akses terbatas. Salah satunya Pantai Keben.

Setelah menyeberang JLS yang masih belum diaspal, dengan medan yang luar biasa menantang, akhirnya mata kami melihat air laut dari ketinggian.

Tampak perpaduan warna coklat dan biru, namun itu adalah Pantai Jebring, pantai yang kami tuju masih sebelahnya lagi, mungkin sebelahnya lagi juga masih ada pantai.

Kami melewati Perkebunan Tebu yang luas, sesekali bertemu para pekerja, hanya satu atau dua orang saja, tak banyak.

Karena aksesnya masih sulit, maka lokasi itu cukup sepi. Honda Supra yang kami tunggangi berulang kali harus dibersihkan ban dan rantainya karena penuh dengan gumpalan tanah.

Pantai Keben dipenuhi karang, banyak kerang dan keong di sekitarnya yang bersembunyi di antara karang-karang kecil dan bisa dengan mudah kita cari.

Saat tiba di pantai, ada 4 orang yang tengah mencari kerang, mereka adalah pekerja kebun Tebu yang mampir setelah bekerja.

Apakah kedepan pantai ini akan dipugar aksesnya dan menjadi destinasi baru?

Kabupaten Blitar punya banyak pantai, mungkin lebih dari 30 titik, beberapa yang terkenal dan aksesnya sudah lumayan bagus seperti Pantai Tambak, Pantai Serang, Pantai Jolosutro, Pantai Pangi dan lain sebagainya.

Setelah dari pantai, kami naik bukit membelah Kebun Tebu menuju karang besar yang langsung terhubung dengan pantai lepas. Sangat menakjubkan panorama laut selatan, dan Kabupaten Blitar termasuk yang beruntung karena diberkahi kekayaan geografis seperti ini.

#3 - G 30 S PKI

Sakri bercerita jika daerahnya dulu rutin dikunjungi Tentara, ada sebuah operasi yang dikenal dengan Operasi Trisula.

Pasca G30SPKI atau Gestok, orang-orang PKI dari kota datang ke daerahnya, di Pulerejo, Bakung. Mereka mengajari pertanian dan hal-hal modern kepada masyarakat desa, yang tujuannya juga untuk keuntungan mereka juga.

Para Tentara dikerahkan untuk menangkap orang-orang PKI yang eksodus ke daerah tersebut, bahkan tak jarang terjadi baku tembak.

Pemandangan mengerikan kerap terjadi, seperti orang mati tertembak, bersimbah darah, diseret, disiksa dan mayat-mayat menumpuk. Sungguh peristiwa masa lalu yang memilukan.

Gara-gara itu, Blitar selatan dikenal sebagai basis PKI dan sampai sekarang masih mendapat sebutan "eks kawasan merah".

Di daerah Wonotirto ada sebuah Pantai Pasir Putih yang indah, namun namanya sangat menakutnya: Gondo Mayit. Konon ditempat itulah mayat-mayat orang PKI dibuang, atau ada pertempuran berdarah di sana, entahlah.

Padahal, Sakri (67 tahun) menjelaskan jika warga daerah sini sepenuhnya hanya korban, tidak ada yang terafiliasi dengan PKI sebelumnya, dan mereka pun juga tidak tahu jika para pendatang itu adalah PKI yang sedang diburu TNI.

Sakri dan temannya, Wagiran, adalah pendiri Masjid Abdul Aziz Ibrahim Pulerejo. Mereka mendirikan Masjid karena ingin punya tempat ibadah dan agar di daerah itu terdengar suara azan ketika masuk shalat 5 waktu.

Masjid Abdul Aziz Ibrahim

Kawasan Blitar selatan, termasuk Bakung, punya sejarah tersendiri dalam perjalanan perpolitikan nasional, yang perlu dijadikan pengetahuan agar peristiwa serupa tidak terjadi lagi.

Lanjut berikutnya KLIK DISINI

Ahmad Fahrizal Aziz

Blogger, Aktivis Literasi, suka jalan-jalan dan nongkrong

Posting Komentar

Tinggalkan komentar di sini, terima kasih sudah mampir.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak