Sabtu, 8 Februari 2020
Malang dan Batu selalu memesona. Meskipun kotanya sudah padat kendaraan, apalagi jika naik mobil, jalannya bisa sangat pelan. Lebih cepat naik motor, bisa selip sana sini, juga mampir sana sini.
Sekalipun 7 tahun saya tinggal di Kota Malang, rasanya tiada bosan untuk selalu berkunjung, terutama ke Kota Batu. Kota yang benar-benar dingin.
Padahal, nyaris semua bagian sudutnya sudah saya kunjungi, termasuk perkampungannya, yang banyak sekali ditemui kebun apel. Sebagian lagi persawahan yang ditanami seledri dan bawang merah.
Ketika masih mahasiswa, sering tiap akhir pekan ada kegiatan di Kota Batu, menginap di balai desa, sekolah-sekolah, Villa hingga perumahan warga.
Kadang juga menghabiskan malam akhir pekan di dekat alun-alun, menikmati secangkir kopi beserta ketan durian yang terkenal itu.
Lantas kalau sudah pernah ke sana, Apalagi hal yang baru?
Entahlah. Bagi saya, tempat bisa sama, namun suasana hati selalu berbeda, itu sangat memengaruhi rasa.
Ketika masih indekos di kota Malang, rutinitas harian ya terasa biasa saja. Ke warung untuk beli makan, ke kampus, nongkrong di kafe, dan lain-lainnya.
Ketika statusnya hanya sebagai pengunjung, suasananya berbeda. Ada getar rasa kala melihat pintu masuk gang perumahan yang dulu sering saya lewati. Beragam ingatan menyeruak ketika melihat gedung menjulang yang sering dimasuki.
Jalan-jalan yang sering dilewati, kantor-kantor birokrasi yang juga sering dikunjungi. Semua berkumpul dalam satu memori.
Tak menyangka jika waktu yang terus berlalu, beserta apa yang sudah saya jalani, dibekukan oleh kenangan yang tersimpan manis dalam long term memory.
Padahal, jika dingat kembali, 3 bulan pertama tinggal di Malang, di Ma'had Aljamiah, sungguh tak kerasan. Ingin segera pulang. Kadang juga rindu masa sekolah.
Saat sekolah, rasanya ingin segera lulus dan kuliah. Ya, suasana hati itu fluktuatif. Naik turun, membingungkan.
Kini sekilas rindu masa kuliah. Berdebat di kelas, ikut beragam seminar, mengisi kajian-kajian, berkegiatan diakhir pekan, atau sekadar berbincang hingga larut malam di warung kopi, di trotoar, di pedestrian.
Bisa jadi, rutinitas yang kini dijalani dan nampak biasa, nantinya akan jadi memori tersendiri.
Bisa jadi memang hanya kenangan. Dalam kenangan tentu ada ingatan ; hidup dan segala yang telah diperjuangkan. Waktu dan segala yang telah dilalui.
Jangan sekali-kali melupakan kenanganmu sendiri. Tulislah.
Tlogomas, Kota Malang
Ahmad Fahrizal Aziz