Senin, 16 Maret 2020
Beberapa hari saya tak menulis, karena harus menjalani beberapa agenda di luar kota. Padahal ide mengepul, termasuk topik yang sedang ramai dibahas : korona.
Namun sudah banyak ahli (dan bukan ahli) bersuara soal korona. Topik-topik besar selalu cepat menjadi santapan media dan para konten kreator.
Kampus dan sekolah diliburkan sementara, dikunci atau dikosongkan, istilahnya lockdown. Namun pagi ini pasar tradisional masih ramai. Tak bisa membayangkan jika pasar tradisional sepi, sebab keberadaan pasar tradisional masih sangat penting. Disitulah denyut ekonomi masyarakat.
Anehnya, pagi ini juga muncul berita jika arus kendaraan menuju puncak Bogor terpantau ramai padat. Hei, bukankah sekolah diliburkan untuk membatasi penyebaran virus korona? Bukan untuk liburan?
Ya itulah uniknya warga +62, selalu santai dan bersuka ria. Padahal ini sangat serius. Bayangkan saja jika satu negara lockdown/diisolasi, ekonomi bisa lumpuh. Harga kebutuhan pokok melejit, distribusi terhambat, makan mie instan pun akan kesulitan.
Namun jangan khawatir, sebab pengidap korona bisa sembuh. Virus ini tidak lebih berbahaya dari HIV, hanya teramat gampang penularannya. Salaman pun bisa tertular, apalagi ciuman.
Padahal salaman adalah tradisi kita. Setiap bertemu pasti akan salaman. Ini membuat kita waswas dan curiga dengan orang yang mengajak salaman. Bahkan setelah salaman ada yang langsung cuci tangan atau mengusap handsanitizer.
Termasuk salaman dengan lawan jenis, yang mulanya biasa saja, kini ada alasan : bukan muhrim. Ya, ini efektif untuk menjadi alasan agar tak salaman.
Presiden juga menghimbau agar belajar, bekerja, dan ibadah di rumah. Sebagian berpikir, di rumah kerja apa? Kan tidak semua orang punya pekerjaan di rumah.
Kalau belajar di rumah, ya sangat mungkin. Saya sudah melakukannya sejak peradaban YouTube muncul. Menonton ceramah, diskusi, book review, talk show dan semacamnya. Beragam topik kajian saya ikuti.
Ini sangat seru, apalagi untuk menambah bahan menulis. Kadang juga menonton para travelvlogger yang mendokumentasikan perjalannya ke berbagai belahan dunia. Vlog Kevin Anggara salah satu yang sering saya tonton.
Padahal tahun ini ada planning ke negara tetangga. Persiapan sudah dilakukan, karena ada sponsornya. Hehe
Sayang ditunda, eh dibatalkan, karena ada virus korona. Padahal harga tiket pesawat sedang murah-murahnya. []
Kedai MuaRa
Ahmad Fahrizal Aziz
Tags:
refleksi