Rabu, 4 Maret 2020
Virus korona masuk ke Indonesia, dan semua jadi panik. Masker, dan mie instan banyak diborong. Sembako juga begitu. Corona adalah musuh yang sangat berbahaya.
Para YouTuber diwanti-wanti agar tidak membuat prank virus corona, seperti yang terjadi di beberapa negara, sebab bisa dihukum pidana.
Prank corona itu seperti : pura-pura batuk lalu tersungkur di jalan, dan kejang-kejang, lalu tak bergerak alias mati.
Di sisi lain, jamu tradisional mulai diperkenalkan. Jahe, kunyit, kencur, lengkuas, sampai tuak. Walikota Surabaya bilang kalau rawon dan soto serta makanan yang bumbunya mengandung rempah-rempah adalah penangkal banyak virus, termasuk korona.
Enak sekali menangkal virus dengan makan rawon. Hehe
Alasan kenapa harus Presiden langsung yang mengumumkan jika ada dua pasian terinveksi virus korona, memang menjadi misteri.
Kan cukup kepala rumah sakit setempat, atau maksimal menteri kesehatan yang humoris itu, yang mengumumkan.
Ketika diumumkan langsung oleh presiden, maka dampaknya bisa sangat luas. Ibaratnya, level bahayanya tidak dianggap main-main.
Namun bisa jadi ini juga strategi ampuh untuk kampanye hidup sehat, termasuk kampanye rempah-rempah nusantara. Kafe-kafe atau warung kopi, sebaiknya lekas melengkapi menu minumannya dengan wedang jahe, kunyit asam jawa, atau wedang uwuh. Ini prospektable.
Bukankah Pak Jokowi sendiri adalah peminum setia jamu tradisional?
Namun ada juga yang kena gempuran, yaitu rokok. Para perokok jadi tersudut. Sebab virus korona bisa beresonansi sangat kuat ketika seseorang memiliki riwayat penyakit pernapasan.
Para perokok diharap mengurangi merokok, atau kalau perlu berhenti merokok, demi kesehatan bersama. Apakah anda, para perokok, sepakat?
Korona bukan sekadar virus, namun sedang ada perang besar yang terjadi di balik ini semua. Kita mau memperkuat barisan yang mana?
Barisan hidup sehat, jamu tradisional, atau stop merokok? Atau cuek saja?
Kedai Telkom
Ahmad Fahrizal Aziz
Tags:
refleksi