Diskusi Mingguan di Perpustakaan Bung Karno, yang digelar setiap hari Jum'at, sudah masuk pertemuan ke-6. Sudah 6 buku dibahas, dengan 6 penyaji yang berbeda.
Jum'at berikutnya, sudah masuk bulan ramadan, masuk pula dalam zona khusyuk beribadah. Sehingga ada pertanyaan, apakah diskusi ini berlanjut? Atau break dulu sampai selepas lebaran?
Juga yang terpenting, apakah diskusi ini masih ada peminatnya?
Kadang-kadang saya hadir lebih awal, sekitar jam 1 siang untuk singgah dulu di lantai bawah, membaca majalah atau tabloid. Terutama majalah Tempo dan Gatra.
Setengah jam kemudian naik ke atas, masih sepi. Kalau tidak bertemu Pak Budi, biasanya Mbah Gudel, atau Mas Fauzi. Juga beberapa pustakawan lain yang belum sempat berkenalan.
Mungkin hanya pada pertemuan kedua, edisi Tan Malaka, saya datang terlambat. Disana sudah ramai orang, beberapa kursi yang biasanya kosong pun terisi.
Ketika kita menggagas sebuah diskusi, dan kemudian banyak yang hadir, tentu muncul kegembiraan tersendiri. Ada letupan semangat. Apalagi ini diskusi yang sebenarnya agak berat.
"Kali ini yang datang kok banyak?" Canda kami, yang selepas acara, ngopi bareng di kedai telkom. Mulanya, sebelum bertemu Pak Budi untuk menawarkan diskusi mingguan ini, kami duduk berempat membahas konsep.
Empat orang ini harus menjadi penyaji awal ; mencari buku, membacanya, lalu menyampaikannya. Sementara pustakawan akan mengomentari dari perspektif berbeda.
Setelah konsep diskusi disepakati, maka disebarkanlah informasi, termasuk grup whatsapp yang bernama "Males baca", mirip komunitas yang sementara kami jadikan nama, agar tak berpretensi terlalu tinggi.
Yang masuk grup begitu banyak. Entah, apakah sempat membaca pengumuman yang tersebar atau tidak, sehingga banyak yang bergabung, dan apa kira-kira tujuannya bergabung? Sebab grup itu hanya sebagai sarana informasi untuk pertemuan di dunia nyata, bukan sekedar grup maya seperti yang lainnya.
Minimal, kalau 50% saja anggota grup wa itu ikut diskusi, maka semua kursi bisa terpenuhi. Tetapi tidak demikian adanya. Sehingga grup kadang hanya menjadi arena berbagi postingan demi postingan.
Beberapa orang menyarankan agar harinya diganti, begitu pula dengan jamnya. Hari Jum'at memang hari aktif. Anak sekolah, mahasiswa, atau yang kerja masih ada aktivitas sampai setidaknya jam 3 sore.
Karenanya, ada beberapa yang ingin hadir dalam diskusi, namun terkendala ruang dan waktu.
Tetapi kami sampaikan banyak terima kasih yang sudah rutin bergabung setiap Jum'atnya, meluangkan waktu untuk datang, dan kadang hanya sebagai pendengar.
Inginnya setiap diskusi kami dokumentasikan dalam bentuk video, lalu mempostingnya ke youtube, agar yang tidak hadir bisa ikut menyimak. Namun upaya itu belum maksimal.
Kami sebenarnya sangat merindukan adanya diskusi mingguan semacam ini. Apalagi di Kota seperti Blitar. Terlebih ditunjang oleh adanya Perpustakaan Bung Karno yang megah dan representatif.
Sampai jumpa pada diskusi-diskusi berikutnya. []
Blitar, 12 Mei 2018
Ahmad Fahrizal Aziz