Tiap kali mencari definisi dari kata-kata keseharian dalam kamus Bahasa Indonesia, rasanya selalu kurang puas. Termasuk ketika mencari definisi nakal, dalam kamus tersebut ditulis, nakal adalah suka berbuat tidak baik, suka mengganggu, suka tidak menurut, buruk kelakuan, buruk akhlak.
Rasa tidak puas tersebut bukan berarti meragukan para penyusun, yang tentu adalah pakar di bidang bahasa. Sementara saya hanyalah pengguna dalam skala yang terbatas.
Namun definisi tersebut bisa bersimpangan dengan kata jahat atau dosa. Mungkin benar jika anak nakal itu suka tidak menurut, tapi belum tentu ia suka mengganggu, belum tentu pula ia masuk kategori buruk kelakuan dan akhlak.
Meski saya pernah mendengar penjelasan dari salah seorang ahli bahasa, bahwa definisi dalam kamus memang menyesuaikan pemahaman umum. Tapi apa yang dimaksud dengan pemahaman umum? Mungkin pemahaman kebanyakan orang, bahwa nakal itu berarti buruk akhlaknya.
Namun kata “nakal” bisa disebut kata non formal. Dibandingkan jahat atau dosa. Kalau orang melanggar hukum, maka dia disebut melakukan kejahatan, maka ia berpotensi dihukum. Sementara kalau orang melanggar aturan agama, maka ia mendapat dosa, dan nanti bisa dijebloskan ke neraka. Namun bagaimana dengan penggunaan kata nakal?
Kata “nakal” tidak pernah digunakan dalam forum formal. Karena nakal memang bukan sesuatu yang salah sama sekali, sebagaimana orang melakukan kejahatan dan dosa.
Nakal bisa berarti melanggar norma. Akan tetapi norma adalah aturan tak tertulis yang disepakati lingkungan sekitar. Misal, dalam sebuah daerah, ketika ada perawan pulang ke rumah diatas jam 9 malam, maka ia akan disebut perempuan nakal. Sebutan nakal tersebut melekat karena dia melanggar norma umum tentang batas jam malam bagi perempuan yang masih bujang.
Namun norma tersebut mungkin tidak berlaku di daerah lain. Artinya jika ia melakukan hal serupa di daerah yang tidak memiliki norma tersebut, maka ia tidak bisa dianggap nakal.
Sementara aturan atas kejahatan biasanya bersifat umum. Mencuri misalkan, menjadi kejahatan di berbagai negara. Pelakunya harus dihukum, sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Belum lagi jika menggunakan istilah “kenakalan remaja”, umumnya istilah tersebut merujuk pada dua hal, bisa tawuran atau hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas. Kenapa seksualitas dianggap kenakalan untuk ukuran remaja? Karena seksualitas bukanlah kejahatan, bukan pula dosa, itu merupakan naluri ilmiah manusia. Hanya saja, usia remaja belum dianggap waktunya untuk melakukan hal tersebut.
Jika nakal dilekatkan pada usia sebelum remaja, maka kenakalannya karena tidak mau menurut apa kata guru di sekolah, atau orang tua di rumah. Makanya ia disebut nakal. Seringkali anak yang hiperaktif dianggap nakal, karena kinestetiknya tinggi. Padahal dalam kajian psikologi, anak semacam itu memiliki banyak potensi.
Akan menjadi problem besar ketika kata “nakal” dalam kamus bahasa Indonesia kemudian digunakan untuk menilai anak kinestetik seperti itu. Apalagi jika menyebutnya memiliki akhlak yang buruk. Hal tersebut bisa menjadi stigma sosial yang bisa memupuskan potensi banyak anak.
Begitupun ketika memasuki masa remaja, ketika di sekolah, yang tidak menurut, atau cenderung melawan guru selalu dianggap nakal. Padahal tidak selalu. Melawan bisa dalam arti positif. Misalkan, dia tidak sepakat dengan penjelasan guru, karena dia pernah belajar pada sumber yang lain, dan menurutnya sumber lain tersebut lebih valid nan logis.
Keberanian bertanya dan berargumen tersebut merupakan titik kecerdasan baru, termasuk keberanian. Anak seperti ini tidak bisa disebut nakal, meskipun kadang kala sering membuat guru kesal. Tapi guru yang berhati lapang akan memahami kondisi anak tersebut dan tidak langsung menyalahkannya.
Nakal juga kadang dilekatkan untuk orang-orang yang cenderung menggunakan kata kasar, atau kata yang berkonotasi negatif seperti kata umpatan atau padanan negatif. Meski itu tidak berlaku di semua tempat.
Kesimpulannya, nakal harusnya memiliki definisi yang lebih khusus dan tajam, daripada kata serupa yang memang digunakan untuk mengadili orang yang berbuat salah. Karena kadangkala, perubahan mendasar terjadi dari orang-orang yang diwaktu kecil melakukan kenakalan. Entah nakalnya karena tidak mau menurut, suka melawan, dan sebagainya.
Kenakalan akan menjadi sesuatu yang positif disatu sisi, namun juga bisa tidak menjadi apa-apa. []
Blitar, 15 Februari 2017
Tags:
Senggang