Jiwa dan Karya




Pada setiap kata, kalimat, dan paragraf, Aku titipkan jiwaku disana. Pada setiap lirik dan instrumentasinya, ada aku, jiwaku. Meski Jasadku sudah lapuk, hancur bersama tanah, atau lebur bertebaran dilautan.

Jiwaku tetap hidup, bercerita melalui bahasa yang kurangkai. Aku ingin hidup bersama generasimu, dengan cara yang lain. Dialog lintas waktu. Tanpa jabat tangan dan pelukan. (*)

Ahmad Fahrizal Aziz

Blogger, Aktivis Literasi, suka jalan-jalan dan nongkrong

Posting Komentar

Tinggalkan komentar di sini, terima kasih sudah mampir.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak