Paman saya bisa disebut orang kaya. Kaya untuk ukuran orang-orang di desanya. Sudah punya mobil Daihatsu Terios dan dua motor, satunya motor Kawasaki Ninja yang bodi-nya besar itu.
Dua anaknya sudah memiliki laptop masing-masing. Padahal yang paling besar baru kelas tujuh. Yang paling kecil bahkan masih balita. Belum genap tiga tahun.
Apa yang bikin kaya? Bisnis ternaknya. Dulu pernah memiliki ribuan ayam, tapi sekarang hanya sebagai supplyer. Di daerah Blitar selatan, memang terkenal dengan ternak ayam. Tugas paman saya kini hanya mengambil telur-telur dari para peternak lalu menjualkannya ke berbagai wilayah.
Selain itu, juga bisnis pakan ternak. Usaha ini sudah sejak turun temurun. Rata-rata, yang bergerak dibidang ternak, terutama di daerah Blitar selatan, banyak yang sukses.
Tapi saya tidak ingin bercerita soal cerita sukses itu. Tapi tentang "uang". Orang kaya memang memiliki banyak uang, tapi kadang uang itu hanya lewat begitu saja. Sehari bisa ada jutaan rupiah dalam brangkas, tapi mungkin besoknya sudah habis untuk ini itu.
Meski besoknya kadang ada lagi. Itulah nikmatnya menjadi pengusaha. Gajinya tidak perlu menunggu tanggal muda. Setiap hari, dari tanggal 1 hingga 31. Tapi untuk menjadi kaya memang harus pandai bertaruh dengan waktu.
Misalkan hutang ke bank sebesar 50 juta. Lalu harus difikirkan bagaimana uang 50 jt itu bisa menjadi 100 jt. Selain untuk mengembalikan pinjaman plus bunga, juga harus berfikir profit. Dari 100jt itu, misal 55jt untuk membayar hutang. 45 juta sisanya, diputar kembali untuk bisnis. Yang masuk kantong pribadi belum tentu ada 10jt. Tapi angka 10jt sudah cukup besar.
Jadi uang puluhan juta itu, memang berseliweran kesana kemari, tapi kadang hanya lewat begitu saja. Tapi semakin banyak uang yang bersiliweran, semakin besar pula yang 'mampir' di kantong pribadi.
Anda bisa membayangkan bagaimana pengusaha yang bisnisnya dari hilir ke hulu, yang melibatkan uang miliaran bahkan triliunan. Misalkan ada sebuah perusahaan yang asetnya mencapai puluhan triliun, tapi bosnya, setelah diaudit kekayaannya, hanya 1 triliun lebih sedikit.
Memang kekayaan pribadi yang mencapai 1 Triliun tidak bisa dibilang "hanya". Tapi dibandingkan aset perusahaannya? Seperti tak ada apa-apanya. Lalu aset yang besar itu milik siapa saja? Ada yang sebagai jaminan atau milik investor.
Uang-uang itu lewat dan berseliweran begitu saja. Maka tak heran jika banyak pengusaha yang terjerat berbagai skandal. Apalagi yang bukan pengusaha. Banyak oknum pejabat yang terjerat, karena mereka selaku regulator dan aplikator.
Yang sering kita temui juga, hampir setiap pengusaha besar, memiliki catatan hutang yang fantastik. Milliaran. Ada beberapa yang memiliki masalah dalam pembayaran pajak. Tentu pajak mereka sangat besar sekali.
Jadi tak usah takjub jika melihat pengusaha yang punya banyak uang, karena uang memang kerap kali berseliweran mengelilingi hidup mereka. (*)
7 Maret 2016
A Fahrizal Aziz