Ilustrasi |
Atas nama modernitas, kerap kali pepohonan menjadi korban pembangunan. Di kota-kota besar, kesadaran green city atau green building baru muncul setelah terjadi beragam tragedi : Banjir membludak, suasana panas membakar, hingga tingkat polusi yang diambang batas. Saat itulah baru kita ingat fungsi pepohonan, yang sebelumnya kita abaikan dan kita perlakukan semena-mena. Sayangnya, upaya untuk menanam banyak pohon di perkotaan tersebut akhirnya terkendala oleh space yang semakin sempit karena penuhnya bangunan dan tanah-tanah yang berganti semen aspal.
Belum lagi ulah para pemasang reklame atau tim kampanye yang buta lingkungan. Memaku pohon semaunya. Memperlakukan pohon seolah-olah benda mati yang tak bernyawa. Padahal sejak kecil kita diajarkan bahwa mahluk hidup itu ada tiga jenis : Manusia, hewan, dan tumbuhan. Ketiganya memiliki hubungan resiprokal. Namun kerap kali manusia terlalu arogan dan semena-mena.
Pohon memberikan kita banyak manfaat. Dia tumbuh meneduhkan sekitar, membiaskan kesejukan, menyimpan cadangan air untuk musim kemarau dan menghasilkan buah yang bisa kita nikmati. Pohon adalah solusi dari banyak problem klasik di dunia. Mulai dari banjir, longsor, polusi, hingga global warming.
Pohon yang tumbuh, akarnya mengikat tanah, membantu konservasi alam. Dataran tinggi yang sering longsor, karena air yang turun tak ada yang menampung. Pohon sudah ditebas dengan kejamnya. Akhirnya, timbul tanah longsor dan terjadilah korban jiwa.
Pohon yang tumbuh, menyimpan cadangan air. Air tersebut akan bermanfaat sekali ketika musim kemarau. Pohon juga yang menampung air hujan, sehingga tak meluber ke jalanan dan menyebabkan banjir.
Pohon yang tumbuh, membiaskan oksigen di sekitar. Suasana pun menjadi nyaman, sejuk, dan menentramkan. Kita bisa berteduh di bawahnya, merasakan segarnya batang dan dedaunan.
Jadi, solusi atas banjir adalah pohon. Solusi untuk tanah longsor adalah pohon. Solusi untuk pemanasan global adalah pohon. Solusi atas polusi udara pun juga pohon. Solusi untuk fikiran yang stress pun juga (barangkali) pohon. Pohon memberikan kita banyak hal, tapi kita menikmatinya sekilas, lebih sering mencampakkan, menganiayanya dengan semena-mena. Pohon pun akhirnya tersakiti.
Pembangunan memang penting, karena modernitas seolah menjadi prasyarat dalam pergaulan global. Tapi berapa lama kita bisa hidup tanpa pohon? dan berapa lama bumi ini bisa bertahan tanpa pohon?
Jangan sampai kita mati tenggelam, jangan sampai pula kita mati terbakar. Atau, jangan sampai kita mati stress dan tercekik polusi udara.
29 Desember 2014
A Fahrizal Aziz
Tags:
opini